Cengkih: Membongkar Kandungan, Manfaat, Potensi hingga Tantangannya di Pasar Rempah Dunia
Ketika kita menyelami dunia cengkih, kita akan menemukan lebih dari sekadar rempah dapur. Bahkan dalam sejarahnya Indonesia telah tercatat ketenaran cengkih di dunia sejak berabad lampau. Cengkih adalah salah satu rempah asli Indonesia, bukan hanya sekadar penambah cita rasa, tetapi juga mengandung kisah panjang di balik aroma uniknya. Tanaman dengan nama latin Syzygium aromaticum ini sangat identik dan khas dengan provinsi Maluku Utara, seperti pulau Tidore, Ternate, Moti, Makian, dan Bacan, sehingga cengkih ditetapkan sebagai flora identitas Provinsi Maluku Utara. Dari Maluku Utara, wilayah produksi cengkih merambah ke berbagai penjuru di Indonesia, seperti Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
Kandungan dan Manfaat Cengkih
Cengkih mengandung minyak yang dihasilkan oleh seluruh bagian tanaman cengkih, mulai dari ranting, daun, hingga bunga, dengan kandungan minyak atsiri tertinggi ada pada bunga cengkih. Eugenol sebagai senyawa utama, menjadikan cengkih memiliki sifat antioksidan, antikarsinogen, antiinflamasi, dan antibakteri. Aroma alami cengkih bukan hanya penambah cita rasa, tetapi juga penyemangat dan peningkat stamina.
Senyawa lain yang juga terkandung dalam minyak atsiri cengkih adalah eugenil asetat, eugenin, asam oleanoat, vanilin, caryophyllene, furfural, methyl salicylate, pyrocatechol, methyl ketone, valeric aldehydes, isoeugenitol, isoeugenitin, eugenitin, tannin, mucilage, sitosterol, estigmaterol, resin, cellulose, dan pinene.
Cengkih bukan hanya pelengkap dalam minuman kesehatan tradisional, tetapi juga bahan pokok dalam masakan seperti kari, campuran kue maupun makanan panggang. Industri pun turut memanfaatkannya untuk pembuatan obat gigi, parfum, dan bahkan sebagai bahan utama rokok kretek.
Varietas Cengkih
Sejumlah varietas cengkih, seperti Afo, Posi-posi, Siputih, Zanzibar, dan Sikotok tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Cengkih varietas Afo, Posi-posi, dan Zanzibar banyak dijumpai di Pulau Maluku, sedangkan cengkih varietas Sikotok dan Siputih banyak dijumpai di Sumatera Barat. Kementerian Pertanian juga turut mendukung peningkatan produksi cengkih dengan merilis varietas Siantan Agribun yang dihasilkan oleh BPSI Tanaman Rempah, Obat dan Aromatik bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas dan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan. Siantan Agribun memiliki keseragaman penampilan morfologi cukup tinggi, produksi bunga segar rata-rata 111,42 ± 12,39 kg (setara dengan 44,57 ± 4,96 kg bunga kering per pohon per tahun panen), ukuran bunga 0,41 ± 0,02 g (lebih besar dari cengkih Zanzibar), kadar minyak atiri 17,05 ± 1,59 %, total eugenol 77,45 ± 3,14 %, kadar true eugenol 74,66 ± 1,79 %, dan kadar ß-caryophyllen 20,26 ± 2,38 %.
Potensi Penjualan
Cengkih memiliki harga jual yang cukup menggiurkan, mencapai Rp. 120.000,- hingga 150.000,- per kilogram cengkih kering. Bagian yang memiliki nilai jual tinggi adalah kuncup bunga cengkih, minyak batang cengkih, minyak daun cengkih, dan buah cengkih. Minyak cengkih (clove oil) adalah yang terbanyak digunakan dalam industri. Untuk menghasilkan cengkih dengan nilai jual tinggi, tentunya tidak terlepas dari pengelolaan yang memenuhi standar. Standar mutu, termasuk yang diatur oleh SNI, menjadi kunci dalam mempertahankan dan meningkatkan nilai jual. Untuk mendapatkan mutu cengkih yang baik, pemerintah telah menerbitkan SNI 4267:2021 tentang minyak bunga cengkih, SNI 4374:2021 tentang minyak gagang cengkih, SNI 2387:2019 tentang minyak atsiri daun cengkih dan SNI 01-3392-1994 tentang cengkih bukan untuk obat. Saat ini PSI Tanaman Perkebunan, Badan Standardiasi Instrumen Pertanian (BSIP) tengah memproses RSNI 3 tentang cengkih. Ini merupakan salah satu upaya BSIP mendorong peningkatan mutu cengkih.
Syarat Ekspor Cengkih
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), produksi cengkih Indonesia tahun 2020 mencapai 139.100 ton, naik 100 ton dibandingkan produksinya tahun 2019. Melansir laporan Food and Agriculture Organization (FAO) pada 2020, produksi cengkih ini mengantarkan Indonesia sebagai negara penghasil cengkih terbesar di dunia. Cengkih yang dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Namun, tahun 2021 produksi cengkih turun menjadi 135.700 ton. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat, dengan volume ekspor cengkih Indonesia sebanyak 19.810 ton pada 2021. Volume ini turun dibandingkan ekspor pada 2020 yang mencapai 47.360 ton.
Ekspor cengkih dapat didongkrak melalui penggunaan varietas cengkih unggul dengan kemampuan produksi tinggi dan mampu tumbuh pada wilayah dengan kondisi geografi yang beragam, agar dapat memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor. Peningkatan ekspor cengkih bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga mutu, strategi pemasaran dan persyaratan teknis lainnya.
Untuk bisa menembus pasar ekspor, selain harus memenuhi mutu dan persyaratan dari negara tujuan ekspor, tentunya juga harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan Kementerian Perdagangan, salah satunya adalah dengan mendirikan badan hukum terlebih dahulu. Badan hukum yang ditentukan dapat berbentuk PT, Firma, CV, Persero, Perum, Perjan maupun Koperasi. Pendirian badan hukum akan diperoleh Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Setelah badan hukum terbentuk, izin ekspor bisa diurus. Pengurusan izin ekspor, memerlukan persyaratan berupa TDP, NPWP, dan memiliki salah satu izin resmi yang dikeluarkan pemerintah (SIUP, Surat Izin Industri, atau surat izin usaha PMDN/ PMA). Dokumen lainnya seperti kontrak penjualan, faktur perdagangan, Letter of Credit (L/C), Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), Bill of Lading (B/L), polis asuransi, packing list, Surat Keterangan Asal, surat pernyataan mutu, dan wessel export untuk eksportir, juga harus disiapkan oleh pelaku usaha.
Cengkih yang akan diekspor tentunya harus memenuhi ketentuan persyaratan internasional atau ketentuan permintaan pasar luar negeri, misalnya kuantias, kualitas, pengemasan, pelabelan, penadanaan dan waktu pengiriman cengkih. Persyaratan yang tidak kalah penting adalah sertifikat fitosanitasi untuk menunjukkan cengkih yang akan diekspor bebas dari penyakit tumbuhan dan hama karantina. Sertifikat fitosanitasi dikeluarkan oleh Badan Karantina Pertanian setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian. Selain itu, sertifikasi halal jika akan digunakan dalam industri makanan, menjadi faktor kunci dalam mendapatkan kepercayaan pasar internasional.
Strategi Meningkatkan Ekspor Cengkih
Ekspor cengkih, selain untuk meningkatkan pendapatan petani, juga meningkatkan perekonomian Indonesia. Peningkatan volume ekspor cengkih tidaklah mudah. Beberapa strategi yang bisa diterapkan seperti mempertahankan bahkan memperbaiki kualitas cengkih. Cengkih yang dihasilkan tentunya harus memenuhi standar kualitas internasional seperti bebas dari kontaminasi, memiliki ukuran dan berat yang seragam, dan memiliki aroma dan rasa yang konsisten.
Keberadaan lembaga pemerintah di dalam dan luar negeri untuk mempromosikan produk serta sebagai tempat berkonsultasi terkait peluang pasar, juga menjadi sangat penting. Terlebih, belum banyak pelaku usaha/ UMKM yang mampu berkomunikasi bisnis dengan calon pembeli dan memahami pentingya mencermati kontrak bisnis untuk menghindari perselisihan dagang. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah menyediakan layanan satu pintu Customer Service Center dan Designer Dispatch Service (DDS). Tujuannya tak lain agar UMKM memperoleh layanan untuk promosi dan mendapatkan hasil riset pasar. Layanan ini juga mengirimkan informasi permintaan hubungan dagang oleh para Perwakilan Perdagangan Indonesia di luar negeri.
Tips lain yang tidak kalah penting seperti membangun jaringan distribusi yang kuat, bekerja sama dengan importir dan distributor internasional agar cengkih yang dihasilkan dapat diakses oleh pasar global. Selain itu perlu mengikuti pameran dagang internasional, berpartisipasi dalam program promosi dagang pemerintah, dan memperluas kehadiran Indonesia di media sosial dan platform e-commerce global. Peningkatan ekspor cengkih Indonesia dapat juga dilakukan dengan memperluas produk turunan cengkih, seperti minyak cengkih, eugenol dari minyak cengkih dan senyawa turunan dari eugenol, sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Terakhir, pelaku usaha juga harus menyesuaikan produknya dengan selera pasar, termasuk mengenai standar produk serta kebijakan perdagangan yang berlaku di negara tujuan sehingga cengkih Indonesia lebih mendunia dengan standar kualitasnya.
(sumber: tulisan disarikan dari beberapa sumber)
Penulis: Myk & Okt
Editor: Nng